22
AGU
2016

Menemani Anak yang Bosan

Bukan orang tua namanya, jika tidak tahu bagaimana tabiat anak ketika bosan. Namun dalam menanggapinya, ada ibu/bapak yang peduli, ada yang setengah cuek, ada juga yang cuek sama sekali.
Tergantung.. lagi sedang nanggung nggak..
-masaknya?
-ngeberesin kamar?
-motong sayur dan bersihin ikan?
-mandiin adik
daaannn…
-nge-gadgetnya… nah

Anak yang bosan ( terutama anak zaman sekarang ), memang bisa bikin naik darah dengan sikap-sikapnya yang berusaha mencari perhatian. Ada yang gangguin adiknya-lah, melakukan benda-benda yang dilarang, teriak- teriak, minta nonton dan atau sekedar berkata ‘Ma, aku bosan!’

Biasanya, ini adalah kalimat yang paling TIDAK ditunggu-tunggu oleh sang ibu.

Bagaimana tidak? Dia sudah melakukan 10 pekerjaan rumah dari pagi buta, dan masih ada 20 lagi yang menumpuk blm sempat dikerjakan, antara lain, menjemur baju.

Nyari waktu ngaso barang 5 meniiiiiit ajaaaa seolah cuapek dari huru-hara pagi. Baru saja meletakkan badan untuk duduk.. datanglah si kecil dan berkata ‘Ma, aku bosan!’

Kenapa anak sekarang gampang bosan?

Padahal dulu, waktu kita kecil, kalau diingat-ingat, jarang sekali, kata itu datang menghampiri.

Saya baru selesai membaca artikel tentang ini.

Di dalam artikel itu tertulis: Di dunia yang sarat dengan teknologi dan pemberian tanpa prestasi, tidak aneh jika anak zaman sekarang, mengharapkan kita untuk senantiasa menyiapkan segala sesuatunya, setiap waktunya, agar mereka tidak bosan!

Hilang sudah zaman dimana anak -anak asyik dengan imaginasinya, bermain dengan kawan, aktifitas fisik seperti main layangan dan masak-masakkan.
Masa dimana orang tua kita tidak direpotkan dengan urusan kebosanan kita.

Walau setelah membaca artikel yang menawarkan beberapa solusi ini dimana saya merasa sudah melakukan beberapa diantaranya, namun saya tetap mau berbagi tentang menanggulangi masalah kebosanan di rumah saya yang sangat dibatasi layar ini.

Ada empat solusi yang ditawarkan artikel. Salah satunya adalah mempersiapkan beberapa mainan untuk ditawarkan pada anak. Jadi, ketika anak bosan, kita langsung sambut dengan: mau pilih main balok, lego atau masak-masakkan?

Memperkecil pilihan, akan membuat keputusan lebih mudah.
Namun nggak selalunya si anak setuju dengan pilihan permainan yang ditawarkan. Kalau saya sih, bilangnya: oke, kamu bilang kamu bosen, mama sudah berusaha nawarin mainan, kalau yang mama tawarin kamu ngak setuju, ya silahkan pilih mainan sendiri. Asal jangan lupa membersihkannya ya?. Balik badan.. Jalan menuju dapur

Dengan memberikan pilihan, secara tidak langsung, kita mengajak mereka berfikir, mm.. Enakan main balok apa lego ya? Bersihinnya gampangan mana?
Dst

Cara kedua yang bisa dilakukan adalah:
Biasanya, anak yang bosen akan selalu minta waktu gadget/layar. Terkadang, ditengah membalas chattingan, atau lagi super capek, dan atau males dengerin rengekkan, kita serta merta mengalah pada permintaan anak. Walau deep down inside, kita tahu itu salah. Terus gimana dong?

Saya, akan memberikan gadget tersebut, namun dengan beberapa (banyak) prasyarat. Sebetulnya, buat saya, ini jadi momen untuk meminta anak melunaskan ‘hutang’ nya pada saya. Misalnya, dr schedule yang hrs dia lakukan tiap hari, mandi dan membersihkan kamar masih blm dilakukan alias ditunda. Nah, pas minta gadget, jawaban saya: Boleh, 5 menit aja! Mereka pun bersorak kegirangan. …. setelah mandi dan bersihin kamar yaa..

“Yaaaahhh maamaaaaa”

Urutan solusi yang saya berikan, tidak sama dengan solusi maupun urutan yang ada di artikel yang saya baca. Hanya saja saya menyamakan jumlah solusi yang bisa dishare saat ini : 4!

Yang ketiga. Jika anak saya bosan, biasanya saya berhenti melakukan kegiatan saya dan duduk di depannya sambil berkata: tuh lihat! Kita punya mainan satu lemari!, banyak orang yang untuk beli satu aja susah. Tinggal pilih mau main yang mana. Ketika respon tetap negatif, biasanya saya akan membiarkannya kesal sebentar, sebelum akhirnya dia memilih utk memungut sendiri salah satu mainan yang bisa dimainkan.

Ya, karena anak saya tahu, saya tidak melulu bertanggung jawab, atas kebosananannya.

Ada seorang ibu bijaksana yang mempunyai 4 anak laki-laki. Kepada beliau, sempat saya tanyakan tentang bagaimana ia menghadapi kebosanan anak-anaknya. Walau dia adalah orang asing, saya suka jawabannya!

Ketika anaknya menghampirinya dan berkata: ma, aku bosan.
Maka ia menjawab: secara ilmiah, besar otakmu sudah sama dengan besar dan berat otak mama. Oleh sebab itu, Allah sudah memberikan kemampuan yang sama untuk kita gunakan berfikir mengurus kepentingan kita. Di otak mama, ada 1001 macam hal yang sedang mama fikirkan dan harus lakukan saat ini. Sementara otakmu yang sama besar, belum memikirkan apa-apa. Bagaimana kalau otakmu diajak memikirkan bagaimana mengatasi kebosanan?? . Jawaban super hehehe

Yang terakhir, short and simple.

Simpen handphone nya, matiin kompor, berhenti loading mesin cuci. Balik badan, temenin main. Itung-itung tarik nafas sebentar, sebelum tenggelam kembali pada rutinitas. Walau tidak bisa dipungkiri, tuh otak jadi mikir : wah klo berhenti dulu, makanan utk makan siang, kapan matengnya?? hehehe

Nah, sekian dulu ibu-ibu hebat nan sholihah. Namun, metode paling efektif buat saya mah: cuekkin aja! Anak saya jadi kreatif milih mainannya..☺️

Alhamdulillah wa Maa syaa Allah Tabarakallah

Ibu Wina Risman